Tehnologi Digital Telah Tua, Saat ini Jamannya AI dan Nano Technology
Pendiri Lippo Grup Mochtar Riady menjelaskan tehnologi digital yang sering digaungkan saat ini sebenarnya bukanlah hal baru karena telah diketemukan semenjak 1946.
Revolusi industri yang terjadi saat ini telah ke arah pada kepandaian bikinan atau artificial intelligence (AI) dan nano-technology.”Sebenarnya digital ini telah diawali dari 1946, menjadi telah 74 tahun. Ini bukanlah tehnologi yang baru, telah melalui punyai masalah,” kata Mochtar ketika menjadi keynote speaker pada acara Indonesia Digital Konferensi yang diadakan oleh Federasi Media Cyber Indonesia (AMSI) di Djakarta Theater, Jakarta Pusat. “Kita tidak lagi narasi tehnologi digital, tetapi saat ini bagaimana manfaatkan digital ini untuk perdagangan kita, untuk administrasi kita agar semua menjadi efektif . Maka digital bukan tehnologi baru, no! Ini telah tua, mendatang ialah AI, semua robotik,” kata pebisnis yang telah berumur 91 tahun tersebut.
Peralihan tehnologi sangat penting agar Indonesia dapat tarik faedah optimal atas sesuatu yang disebutkan revolusi ke arah industry 4.0 ini.
Mochtar memberikan contoh perubahan di tehnologi kendaraan, dari kereta berkekuatan hewan lantas ke kendaraan bensin dan saat ini mulai berpindah ke kendaraan berkekuatan listrik.
Semua itu bisa saja karena tehnologi nano untuk membuat baterai kendaraan. Saat ini sedang diperkembangkan baterai yang dapat capai jarak menempuh 1.000 km selengkapnya dengan sekali isi kembali atau charge yang cuma perlu waktu 10 menit. “Maka janganlah terus pikirkan ’digital, digital’ seakan-akan suatu hal yang sangat hebat. It’s nothing! Kita saat ini berbicara artificial intelligence,” kata Mochtar.
Selanjutnya Mochtar sampaikan jika peralihan tehnologi memiliki dua mata pedang, dapat memusnahkan kemampuan ekonomi negara yang tidak meng ikutinya atau melahirkan kemampuan ekonomi baru di beberapa negara yang meng ikuti perubahan jaman. “Seperti air , ia dapat gerakkan kapal, tapi bisa juga menenggelamkan kapal,” kata Mochtar.
Mochtar memberikan contoh di era dinasti kuno, Tiongkok ialah negara yang sangat kuat ekonominya, tapi tidak meng ikuti revolusi industri tahapan satu dan dua sehingga tersuruk.
Baru pada tengah 1990an Tiongkok memutar industrinya dan dapat bangun jadi kemampuan ekonomi paling besar ke-2 di dunia saat ini. Belajar dari hal tersebut, Mochtar mengingati supaya Indonesia tidak kurang percaya diri dan berkecil hati menyambut industry 4.0. “Pada 1995 kita semakin maju dari Tiongkok, di mana di situ tidak ada 1 km juga jalan highway (tol), apa pun itu tidak ada,” kata Mochtar.
Tetapi, dengan meng ikuti perubahan tehnologi, ekonomi Tiongkok saat ini melejit. “Maka janganlah kurang percaya diri karena merasa kita saat ini kecil,” kata Mochtar. “Pada 1995 kita semakin maju dari Tiongkok, di mana di situ tidak ada 1 km juga jalan highway (tol), apa pun itu tidak ada,” kata Mochtar. Tetapi, dengan meng ikuti perubahan tehnologi, ekonomi Tiongkok saat ini melejit.